Melukis Senyum Nusantara Sehat

Tomia, Sulawesi Tenggara - Jalan hidup memang tak terduga, penuh misteri dan kejutan. Seperempat abad tumbuh dewasa di Ibu kota dan menjadi seorang dokter gigi, kini berlabuh di Pulau Tomia, Wakatobi di wilayah nusantara yang berjarak 2.174 km menyeberang lautan dari tanah kelahiran. 

Berawal dari sering kali membaca dan mengkritik data kesehatan gigi dan mulut di Indonesia, adanya ketimpangan yang nyata di wilayah DTPK dan tidak merata-nya penyebaran dokter gigi, membuat hati ini terbesit untuk coba ambil bagian dalam upaya pemerataan tersebut. Selain itu banyak  juga kisah inspiratif dari sejawat terdahulu yang sudah banyak berkontribusi di wilayah pelosok negeri yang juga membuat diri ini membulatkan tekad untuk mengabdikan diri melalui program Nusantara Sehat.

Ya, melalui Nusantara Sehat saya ditempatkan di Puskesmas Tomia. Awal penempatan begitu banyak kejutan yang dihadapi, diawali perjalanan menuju lokasi yang langsung disambut oleh tarian ombak yang mampu mengeluarkan semua isi perut, kemudian kondisi poli gigi yang membuat diri sulit untuk tersenyum, instrumen dan dental unit memperihatinkan kondisinya, dan juga kondisi cuaca yang panas khas daerah kepulauan.

Namun disamping itu, sambutan masyarakat pulau Tomia yang ramah, kekayaan dan keindahan alam Pulau Tomia baik pesisir pantai hingga bawah lautnya sungguh mendeskripsikan surga bawah laut. Selain itu, beruntungnya diri ini karena mulai tahun ini Pulau Tomia mendapat akses listrik 24 jam, kemudian sumber air tanah melimpah dan sinyal HP di wilayah puskesmas cukup memadai. 

Sudah sekitar 6 bulan sejak penempatan, banyak tantangan dan pengalaman menarik yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dahulu hanya berpikir ketika penempatan hanya fokus di pelayanan poli gigi namun kenyataan tidak demikian, mulai dari membenahi budaya beberapa pegawai yang tidak disiplin, harus siap bangun tengah malam membantu penanganan pasien kecelakan karena mabuk, menjemput ibu yang mau melahirkan dengan ambulan jam 3 dini hari di wilayah gunung, dan home visit menggunakan katinting (perahu kecil). Selain itu pengabdian di wilayah sangat terpencil banyak sekali kesempatan dan ruang-ruang kosong yang bisa diisi melalui kerja kreatif dan inovasi.

Banyak nilai dan pelajaran yang diri ini sadari, bahwa mengabdi bukan sekedar persoalan pemerataan tenaga dokter gigi, bukan sekedar perbaikan fasilitas kesehatan gigi dan mulut di pelosok, melainkan pemenuhan hak saudara kita dan masyarakat di seluruh Nusantara untuk dapat tersenyum dengan senyum yang sehat.

Semoga kisah ini akan terus berlanjut, hingga selesai terlukis senyum Nusantara sehat. Amin. 

Tomia, 13 Februari 2020
Fachmi Muzaqii

Penulis : Fachmi Muzaqii (NS Individu Periode VI - 2019)
Foto : Fachmi Muzaqii


13 Feb 2020