Perang COVID-19
Berau, Kalimantan Timur - Tzun-Su dalam bukunya The Art Of War memberi pesan " Seni Perang Tertinggi adalah Menaklukkan musuh tanpa pertempuran"
Imajinasi kita terhadap sebuah peperangan biasanya akan tergambar dengan fenomena pamer kekuatan angkatan bersenjata bagi negara-negara maju. Misalnya bagaimana Amerika serikat bersaing dengan Tiongkok atau IRAN dan sebagainya.
Tapi Perang melawan Covid-19 memberikan sebuah pelajaran baru bagi manusia modern,bahwa dunia yang modern hari ini tidaklah cukup kuat melawan sebuah Pandemi Virus. Bahkan negara seperti Amerika serikat,Italia, Spanyol dan sebagainya yang selama ini kita anggap sebagai negara demokrasi modern dengan sistem pelayanan kesehatan yang sudah mapan kini seakan tak berdaya.
Oleh karena itu perang melawan Covid-19 adalah perang yang melahirkan defenisi baru tentang kekuatan militer sebuah negara. Dalam konteks eksistensi manusia, manusia dipaksa untuk merenungkan kembali tentang kebidupan yang bertahan,kehidupan yang cerdas,kehidupan yang saling mengikat antar manusia lain,kehidupan yang interaksi sosialnya bisa secara tiba-tiba berubah.
Ketika manusia dalam era revolusi Industri 4.0 dengan kemampuan kecerdasan buatan ( artifisial Intelegensia) kerap berbangga dengan itu semua, dengan pandemi Virus Corona kehidupan kita seakan diinstal ulang, titik balik ini jika dicermati memberikan ruang kontemplasi bagi umat manusia. Manusia yang lahir tanpa daya,pun sejatinya sungguh tak memiliki daya apa-apa.
Kesadaran ini dapat timbul dari reNungan yang kita peroleh dari rumah masing-masing. kita seakan dipaksa kembali kepada sebuah jarak dan waktu yang lambat. kita semua dipaksa berhenti, disuruh untuk tidak tergesa-gesa, dan lain sebagaianya.
Sebuah video dikirim dan saya terima di sebuah grup Whatshapp. Video itu menggambarkan bahwa dibalik kejadian serangan pandemi Covid-19, sesungguhnya bumi telah memulihkan dirinya. Nampak dari satelit bumi sedang sembuh dari polusi dan efek global warming, lapisan ozon telah menebal kembali dan kutub kembali terbentuk. Dan kota-kota yang lengang,kendaraan yang tidak lagi hilir mudik dan pabrik-pabrik Industri dari perusahaan-perusahaan boleh jadi adalah penyebab bumi menjadi sehat kembali.
Lalu , apakah kita akan menang melawan virus Covid -19 ini?
Wuhan, satu pekan terakhir tidak menemukan lagi kasus baru. Dan itu kabar gembira bagi dunia dan Indonesia.
Tapi orang-orang Indonesia butuh kedisiplinan
Kita butuh saling menguatkan
Kita butuh membantu Tenaga medis di garis pertahanan terakhir dengan tetap tinggal di rumah dan Pysical Distancing
Kita butuh ketegasan pemerintah pusat memutus mata rantai penyebaran virus ini
apapun caranya.
Kita butuh APD standar bagi tenaga medis agar tidak ada lagi korban dokter
Kita butuh orang-orang memiliki kecemasan yang sama agar mereka bisa menjaga diri dan tidak secara pongah dan egois tidak takut terhadap pandemi ini
Kita butuh banyak hal, agar Indonesia bisa membedakan
" apakah kita sedang berperang atau sudah kalah"?
Virus Covid-19 dengan progresifitas transmisi yang tinggi antara manusia dengan manusia atau dari benda ke manusia. Virus yang tak nampak oleh mata ini ibarat musuh dan pembunuh berdarah dingin, dia tak terlihat dan dapat menyebar ke berbagai kota di Indonesia. Itulah sebabnya beberapa Kab/kota memberanikan diri untuk melakukan opsi karantina wilayah, tujuanya adalah memutus mata rantai penularan.
Daerah-daerah yang berhasil memutus mata rantai penularan adalah mereka yang dapat membatasi mobilitas masyarakat, social Distancing, atau bahkan Lockdown atau apapun namanya. Yang pasti Sun-Tzu telah berpesan dengan bijak tentang meraih kemenangan dalam sebuah peperangan.
#stayathome
#sembuhlahibupertiwi
#covid-19
Penulis : drg. Rustan Ambo Asse Sp.Pros (Anggota PDGI Cab Berau)